Sumbangan
terbesar dibidang keilmuawan filsafat sangatlah besar, hal ini terlihat
dari beberapa pemikiran yang dilontarkan oleh para filosof Islam di
Dunia Timur. Diantaranya adalah terjemahan kitab-kitab filsafat Yunani maupun India kedalam bahasa Arab. Dari berbagai tulisan tampak bahwa corak pemikirannya bersifat eklektik, yakni memadukan berbagai aliran pemikiran yang beragam. Sumbangan dalam bidang filsafat dan teologi ini sebenarnya adalah keberaniannya untuk mengasimilasi berbagai konsep-konsep dan metode-metode pengetahuan yang selama ini dianggap asing dan enggan dikaji oleh tokoh agama pada masanya kedalam bangun pengetahuan Islam. Jadi, pada tingkatan tertentu ia telah mengawali suatu usaha mempertemukan antara filsafat dan agama. Baginya, “Filsuf adalah orang yang berupaya memperoleh kebenaran dan hidup mengamalkan kebenaran yang diperolehnya, yaitu orang yang hidup menjunjung tinggi nilai keadilan atau hidup adil.” Jadi, filsafat baginya mencakup teori sekaligus praktek.
Di bidang metafisika atau filsafat-pertama, pemikiran para filosof Islam di Dunia Timur tentang Kebenaran Pertama (First Verum atau al-Haq al-Awwal), yaitu Tuhan Pencipta alam semesta yang dibuktikannya melalui penalaran filosofis menjadi Sebab Pertama (first causa) bagi tiap-tiap kebenaran yang ada. Hakikat ilahiah Allah memustahilkan
manusia untuk memahami-Nya sepenuhnya. Tuhan dijelaskannya sebagai
keesaan mutlak, yang bersifat azali dalam dzat dan sifatnya,
tidak berjisim, tidak bergerak tapi menggerakkan bukan benda, bukan
bentuk (form), bukan pula kejadian. dan tidak dapat tersifati dengan
sebenarnya oleh kemampuan pikiran manusia. Orientasi pemikirannya dalam hal ini tampaknya berusaha untuk memurnikan keesaan Tuhan dari arti banyak.
Para Filosof Dunia Islam Bagian Timur
Banyak
di kalangan muslim para teolog yang kaya dengan wawasan ilmu dan
filsafat. Para ilmuwan yang lebih berkonsentrasi dengan ilmu tertentu,
dan para filosofi yang selain menekuni berbagai bidang ilmu juga
filsafat, para filosofi muslim yang dibicarakan disini adalah al-Kindi,
al-Farabi, al-Razi, Ikwan al-Safa, Ibnu Maskwaih, Ibnu Sina, Al-Gazali.
Berikut biografi dan beberapa pokok pikiran mereka:
1. Al-Kindi
Nama
lengkapnya Abu Yusuf, Ya’kub Ibnu Ishak al-Sabban, Ibnu Imron Ibnu
al-Asha’ath, ibnu Kays, Al-Kindi, beliau bisa disebut Ya’kub, lahir pada
tahun 185 H, tentang filsafat al-KIndi memandang bahwa filsfat haruslah
diterima sebagai bagian dari peradaban Islam, karena kedudukan filsafat
penting. Tentang alam Al-Kindi mengatakan bahwa alam ini adalah
illat-Nya. Alam itu tidak mempunyai asal. Kemudian menjadi ada karena
diciptakan, mengenai Tuhan al-Kindi mengatakan bahwa Tuhan adalah wujud
yang hak (benar).
2. Al-Farabi
Abu
Nashr Muhammad al-Farabi lahir di Wasir, suatu desa di farab, khurasan,
pada tahun 257 H (870 M). ia berasal dari Turki dan orang tuanya adalah
seorang jendral. Menurut al-Farabi filsafat mencakup matematika, dan
matematika bercabang pada ilmu-ilmu lain, sebagian ilmu itu berlanjut
pada metafisika, mengenai Tuhan ia mengatakan bahwa Tuhan adalah wujud
yang sempurna, ada tanpa suatu sebab kalauada sebab baginya,[1]
maka adanya Tuhan tidak sempurna lagi. Tentang penciptaan alam
al-farabi cenderung memahami bahwa alam tercipta melalui emanasi,
3. AL-razi.
Nama
lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria al-Razi, hidup pada
250 – 313 H / 864 – 925 M. ia lahir, dewas, dan wafat di Ray, dekat
teneran Persia, tentang pemikirannya al-Razi membahas maslah metafisika,
yaitu tentang lima prinsip kekal. Yaitu, Tuhan, Jiwa Universal, Materi
Pertama, Ruang Absolut, dan Zaman Absolut. Tentang Tuhan ia mengatakan
Tuhan menciptakan manusia dengan substansi ketuhanan-Nya.
4. Ikhwan Al-Safa
Setelah
wafatnya al-Farabi, muncullah kalangan kelompok muslim yang menamai
diri mereka dengan nama ikhwan al-safa, yang berarti saudara-saudara
(yang mementingkan) kesucian (batin atau jiwa), mereka berhasil
menghasilkan karya ensiklopedis tentang ilmu pengetahuan dan filsafat
yang dikenal dengan judul “Rasail Ikhwan al-Safa”. Identitas pemuka
mereka tidak terang karena mereka bersama anggota mereka memang
merahasiakan diri, ikhwan al-Safa membagi pengetahuan menjadi tiga
kelompok yaitu: Pengetahuan adab/sastra, pengetahuan syari’ah,
pengetahuan filafat. Dan filsafat terbagi menjadi empat bagian yaitu:
pengetahuan matematika, logika, fisika, dan pengetahuan
ilahiah/metafisika. Filsafat mempunyai tiga taraf. (1) taraf permulaan,
(2) taraf pertengahan, (3) taraf akhir.[2]
5. Ibnu Maskawaih
Ibnu
Maskawaih dilahirkan di Ray, nama lengkapnya abu Ali Ahmad Ibnu
Muhammad Ibnu Maskawaih, ia belajar dan mematangkan pengetahuannya di
Baghdad, untuk membuktikan adanya tuhan ibnu maskawaih mengatakan
pembukaan Tuhan dengan pengenalan, tidak melalui rasio, tentang jiwa dan
akhlak dalam mukadimah karya tulisnya “Tahzib al-Aklak” ia mengatakan
bahwa tujuan untuk menulis itu agar kita berhasil membangun bagi
jiwa-jiwa kitasuatu akhlak. Dengan akhlak itu muncul perbuatan yang
indah.
6. Ibnu Sina
Ar-Rais al-Husain bin Abdullah bin Ali Al-Hamadi, dilahirkan pada tahun 980 M disebuah desa bernama afshanah.[3]
Ibnu Sina adlah filosof dan ahli kedokteran muslim paling populer
sampai saat ini sebagai metafisikus Islam ibnu sina berpendapat bahwa
antara jiwa dan badan memiliki perbedaan. Ibnu Sina berpendapat bahwa
jiwaadalah wujud raham, ia juga membagi tiga macam jiwa di bumi yaitu
(1) jiwatumbuh-tumbuhan, (2) jiwa binatang, (3) jiwa manusia.
7. Al-Ghazali
Al-Gazali
hdu dari tahun 450 H / 105 M sampai tahun 505 H / 1111 M. ia lahir di
desa Gazaleh dekat tus, di Baghdad ia berupaya memahami filsafat dan ia
pun menunjukkan pemahamannya tentang menulis buku, “Maqasid
al-Falasifah”ia lahir di desa Gazaleh dekat tus, di Baghdad ia berupaya
memahami filsafat dan ia pun menunjukkan pemahamannya tentang menulis
buku, “Maqasid al-Falasifah” serta kemudian menunjukkan kemampuannya
mengkritik argumen-argumen kaum filosofi. Tiga pendapat filosofi-filosof
muslim yang dikufurkan al-Gazali yang tertuang dalam bukunya “tahafut
al-Falasifah”, yakni pendapat bahwa alam itu azali atau qadim, pendapat
bahwa Tuhan tidak mengetahui juz’iyyat, lalu ia juga mengkufurkan paham
yang mengingkari adanya kebangkitan tubuh di akhirat.
0 comments:
Post a Comment